5 Soal Materi Filologi + Kunci Jawaban
Soal (Uraian) Filologi
1. Terangkan dasar kerja Filologi terhadap naskah jamak beserta penerapan metodenya!!
Jawaban:
Metode naskah jamak adalah metode kritik teks yang menggunakan beberapa naskah varian.Metode ini dilakukan ketika naskah ditemukan tidak hanya satu, tetapi dilakukan terhadap naskah yang jumlahnya lebih dari satu naskah yang ditemukan.Metode naskah jamak dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu metode landasan, metode gabungan, metode objektif/stema, dan metode intuitif.
a. Metode Intuisi
Merode intuisi ialah penyuntingan yang dilakukan dengan cara mengambil salah satu naskah yang terbaik isinya, kemudian disalin. Bagian-bagian yang menurut penyalin dianggap kurang bai diperbaiki dengan intuisi yang didasarkan pada akal sehat, pengetahuan yang luas, dan selera baik. Jadi metode intuitif yaitu salah satu metode penelitian naskah yang berdasarkan pengetahuan sendiri, dengan cara mengambil naskah yang dianggap paling tua, teks yang dipandang tidak betul atau tidak dijelas diperbaiki berdasarkan naskah lain yang isinya sama juga berdasarkan akal sehat dan pengetahuan dari penelitinya. Berdasarkan hal tersebut, secara ringkas metode kerja intuitif yaitu:
1) Peneliti (filolog) bekerja menentukan teks yang dianggap paling tua, paling baik, dan paling mudah dibaca.
2) Tempat-tempat yang mengalami perubahan, korupsi, atau dipandang tidak jelas diperbaiki berdasarkan naskah lain dengan memakai akal sehat, selera baik, dan pengetahuan luas.
3) Metode ini hanya bisa dilakukan oleh peneliti yang sudah sangat berpengalaman.
4) Digunakan sampai pada abad kesembilan belas.
5) Pada saat ini metode ini sudah tidak dapat digunakan lagi, tetapi beberapa bagiannya seperti pada penentuan teks yang paling baik bisa dilanjutkan dengan metode landasan.
b. Metode Landasan
Metode landasan ialah penyuntingan dengan mengambil satu naskah yang dianggap paling baik kualitasnya.Naskah yang dianggap paling baik diambil sebagai dasar suntingan, sementara naskah-naskah lainnya hanya sebagai penunjang bila ada hal-hal yang meragukan.Karena itu, teks yang dinyatakan memiliki bacaan yang paling baik itu, dijadikan dasar untuk edisi atau penyuntingan naskah. Pemilihan dan penentuan naskah yang mengandung bacaan yang baik dilakukan berdasarkan berbagai kriteria, antara lain usia naskah. Bila terdapat naskah tertua, perlu mendapat perhatian, perhitungan, dan diprioritaskan, akan tetapi tidak harus selalu naskah tertua yang dipilih. Perlu juga diperhitungkan aspek-aspek penampilan dari berbagai segi baik bahasa, kejelasannya (tidak terdapat kerusakan yang mengganggu bacaannya), dan kelengkapan informasi yang dikandungnya, seperti keterangan nama pengarang, tempat dan tanggal penulisannya. Metode landasan dipakai apabila menurut nafsiran nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu atau sekelompok naskah yang menonjol kualitasnya. Kalau semua uraian sudah diperiksa dari sudut bahasa, sastra, sejarah, atau yang lain, naskah yang mempunyai bacaan yang baik dengan jumlah yang besar, dapat dianggap naskah yang terbaik dan dapat dijadikan landasan atau teks dasar .langkah kerjametode landasan yaitu:
1) Naskah diteliti untuk menentukan naskah yang paling baik dengan melakukan penelitian terhadap kebahasaan, kesastraan, sejarah dan lain-lain.
2) Naskah yang telah dianggap paling baik setelah melalui beberapa penelitian dijadikan landasan atau induk teks untuk penerbitan.
3) Varian-varian yang terdapat pada naskah yang seversi dimuat dalam aparat kritik, yaitu perangkat pembanding yang menyertai penyajian suatu naskah.
c. Metode Gabungan
Metode ini dipakai apabila nilai naskah menurut tafsiran filologi semuanya hampir sama. Perbedaan antarnaskah tidak besar.Walaupun ada perbedaan tetapi hal itu tidak mempengaruhi teks.Pada umumnya yang dipilih adalah bacaan mayoritas atas dasar perkiraan bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan yang betul. Dalam hal ada yang meragu-ragukan, misalnya, jumlah naskah yang mewakili bacaan tertentu sama dipakai pertimbangan lain, di antaranya kesesuaian dengan norma tata bahasa, jenis sastra, keutuhan cerita, faktor-faktor leteratur lain, dan latar belakang pada umumnya. Dengan metode ini, teks yang disunting merukapan teks baru yang merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada. Metode gabungan dalam bekerja yaitu:
1) Penyuntingan didasarkan atas adanya kesamaan bacaan di sebagaian besar naskah yang ditemukan.
2) Jika ada bacaan yang meragukan yang dijumpai pada mayoritas naskah digunakan penyesuaian dengan norma tatabahasa, jenis sastra, keutuhan cerita, faktor-faktor literer lain, dan latar belakang pada umumnya.
3) Hasil suntingan merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada dan dapat dikataan sebagai teks baru yang secara struktural merupakan teks yang hibrid.
4) Hasil teks suntingan juga tidak dapat menggambarkan sejarah teks dan tidak dapat meletakkan silsilah atau kekerabatan beberapa naskah yang ditemukan.
a. Metode Intuisi
Merode intuisi ialah penyuntingan yang dilakukan dengan cara mengambil salah satu naskah yang terbaik isinya, kemudian disalin. Bagian-bagian yang menurut penyalin dianggap kurang bai diperbaiki dengan intuisi yang didasarkan pada akal sehat, pengetahuan yang luas, dan selera baik. Jadi metode intuitif yaitu salah satu metode penelitian naskah yang berdasarkan pengetahuan sendiri, dengan cara mengambil naskah yang dianggap paling tua, teks yang dipandang tidak betul atau tidak dijelas diperbaiki berdasarkan naskah lain yang isinya sama juga berdasarkan akal sehat dan pengetahuan dari penelitinya. Berdasarkan hal tersebut, secara ringkas metode kerja intuitif yaitu:
1) Peneliti (filolog) bekerja menentukan teks yang dianggap paling tua, paling baik, dan paling mudah dibaca.
2) Tempat-tempat yang mengalami perubahan, korupsi, atau dipandang tidak jelas diperbaiki berdasarkan naskah lain dengan memakai akal sehat, selera baik, dan pengetahuan luas.
3) Metode ini hanya bisa dilakukan oleh peneliti yang sudah sangat berpengalaman.
4) Digunakan sampai pada abad kesembilan belas.
5) Pada saat ini metode ini sudah tidak dapat digunakan lagi, tetapi beberapa bagiannya seperti pada penentuan teks yang paling baik bisa dilanjutkan dengan metode landasan.
b. Metode Landasan
Metode landasan ialah penyuntingan dengan mengambil satu naskah yang dianggap paling baik kualitasnya.Naskah yang dianggap paling baik diambil sebagai dasar suntingan, sementara naskah-naskah lainnya hanya sebagai penunjang bila ada hal-hal yang meragukan.Karena itu, teks yang dinyatakan memiliki bacaan yang paling baik itu, dijadikan dasar untuk edisi atau penyuntingan naskah. Pemilihan dan penentuan naskah yang mengandung bacaan yang baik dilakukan berdasarkan berbagai kriteria, antara lain usia naskah. Bila terdapat naskah tertua, perlu mendapat perhatian, perhitungan, dan diprioritaskan, akan tetapi tidak harus selalu naskah tertua yang dipilih. Perlu juga diperhitungkan aspek-aspek penampilan dari berbagai segi baik bahasa, kejelasannya (tidak terdapat kerusakan yang mengganggu bacaannya), dan kelengkapan informasi yang dikandungnya, seperti keterangan nama pengarang, tempat dan tanggal penulisannya. Metode landasan dipakai apabila menurut nafsiran nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu atau sekelompok naskah yang menonjol kualitasnya. Kalau semua uraian sudah diperiksa dari sudut bahasa, sastra, sejarah, atau yang lain, naskah yang mempunyai bacaan yang baik dengan jumlah yang besar, dapat dianggap naskah yang terbaik dan dapat dijadikan landasan atau teks dasar .langkah kerjametode landasan yaitu:
1) Naskah diteliti untuk menentukan naskah yang paling baik dengan melakukan penelitian terhadap kebahasaan, kesastraan, sejarah dan lain-lain.
2) Naskah yang telah dianggap paling baik setelah melalui beberapa penelitian dijadikan landasan atau induk teks untuk penerbitan.
3) Varian-varian yang terdapat pada naskah yang seversi dimuat dalam aparat kritik, yaitu perangkat pembanding yang menyertai penyajian suatu naskah.
c. Metode Gabungan
Metode ini dipakai apabila nilai naskah menurut tafsiran filologi semuanya hampir sama. Perbedaan antarnaskah tidak besar.Walaupun ada perbedaan tetapi hal itu tidak mempengaruhi teks.Pada umumnya yang dipilih adalah bacaan mayoritas atas dasar perkiraan bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan yang betul. Dalam hal ada yang meragu-ragukan, misalnya, jumlah naskah yang mewakili bacaan tertentu sama dipakai pertimbangan lain, di antaranya kesesuaian dengan norma tata bahasa, jenis sastra, keutuhan cerita, faktor-faktor leteratur lain, dan latar belakang pada umumnya. Dengan metode ini, teks yang disunting merukapan teks baru yang merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada. Metode gabungan dalam bekerja yaitu:
1) Penyuntingan didasarkan atas adanya kesamaan bacaan di sebagaian besar naskah yang ditemukan.
2) Jika ada bacaan yang meragukan yang dijumpai pada mayoritas naskah digunakan penyesuaian dengan norma tatabahasa, jenis sastra, keutuhan cerita, faktor-faktor literer lain, dan latar belakang pada umumnya.
3) Hasil suntingan merupakan gabungan bacaan dari semua naskah yang ada dan dapat dikataan sebagai teks baru yang secara struktural merupakan teks yang hibrid.
4) Hasil teks suntingan juga tidak dapat menggambarkan sejarah teks dan tidak dapat meletakkan silsilah atau kekerabatan beberapa naskah yang ditemukan.
2. Apa pandangan Filologi modern terhadap variasi bacaan di dalam teks ? Kemudian aplikasikan jawaban itu terhadap hasil telaah saudara atas sumber naskah yang terdapat di wilayah Minangkabau !
Jawaban:
Filologi modern memandang variasi bacaan teks sebagai bentuk kreasi dan kerjanya menemukan makna kreasi yang muncul dalam bentuk variasi tersebut.Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa filologi modern bertujuan untuk mengkaji teks. Dari pengertian tersebut, disimpulkan bahwa filologi modern digunakan untuk menganalisis isi teks.
Mengenai variasi bacaan yang terdapat di dalam naskah Minangkabau adalah penanda perbedaan pandangan mereka terhadap hal yang sama atau variasi bacaan naskah di Minangkabau diakibatkan perbedaan terekat, golongan, pemahaman dan lain-lain.Hal-hal tersebut yang membuat variasi bacaan dalam naskah yang ada di Minangkabau.
Mengenai variasi bacaan yang terdapat di dalam naskah Minangkabau adalah penanda perbedaan pandangan mereka terhadap hal yang sama atau variasi bacaan naskah di Minangkabau diakibatkan perbedaan terekat, golongan, pemahaman dan lain-lain.Hal-hal tersebut yang membuat variasi bacaan dalam naskah yang ada di Minangkabau.
3. Bagaimana sejarah perkembangan Filologi sebagai sebuah keilmuan di Indonesia, dan apa yang mesti dilanjutkan dalam kerangka kajian Islam di nusantara ? Apa saja prospek dan tantangannya?
Jawaban:
Nusantara atau sekarang disebut Indonesia.Seperti kawasan Asia pada umumnya, Nusantara telah memiliki peradaban tinggi dan diwariskan pada generasi selanjutnya melalui berbagai media, salah satunya tulisan berupa naskah.Kawasan Nusantara terbagi dalam berbagai etnis dengan ciri khas masing-masing tanpa meninggalkan sifat khas kebudayaan Nusantara.Keinginan untuk mengkaji naskah-naskah Nusantara hadir setelah kedatangan bangsa Barat.Tapi bukan berarti bangsa Portugis yang mengkaji naskah awalnya melaikan Orang Belanda yaitu William Marsden.Pertama tujuan pengkajian bahasa Melayu bukanlah untuk kepetingan ilmiah melainkan untuk kegiatan politik.
Dan walaupun terdapat beragam suku dengan bahasa yang berbeda-beda namun untuk mendekati bangsa ini langkah pertama yang diperlukan adalah kemampuan bahasa Melayu. Karena kemampuan berbahasa Melayu akan membuka komunikasi dengan pribumi dan bangsa lain yang juga mengunjungi daerah ini. Selanjutnya pengamatan terhadap bahasa melalui pembacaan naskah dilanjutkan oleh para penginjil yang dikirim dalam jumlah besar oleh VOC. Bahasa Nusantara dipelajari untuk kepentingan tugas penginjil.Hasilnya adalah penelitian dan catatan rapi mengenai kebudayaan bahkan hingga suku yang belum mengenal tulisan.Pada tahun 1629 di kepulauan Nusantara terbit terjemahan alkitab yang pertama dalam bahasa Melayu.
Salah satu ciri penelitian naskah Nusantara masa awal adalah penekanannya pada upaya penerjemahan, atau membuat catatan-catatan kecil belaka terhadap teks yang dikajinya.Upaya penerjemahan itu sendiri di dorong oleh semakin dibutuhkannya kemampuan berbahasa Melayu oleh kaum Kolonial atau para misionaris, yang mempunyai kepentingan untuk berkomonikasi langsung dengan bangsa pribumi.Sekitar pertengahan abad 19 perhatian para filolok Eropa mulai untuk menyunting, membahas serta menganalisis isinya, meskipun saat itu masih sebatas naskah Melayu dan Jawa.
Pribumi sendiri baru nanpak minatnya sekitar tahun 1965 ketika terjadi kerjasama antar perguruan tinggi di seluruh negeri dalam melakukan penelitian.Dan memang tak bisa di pungkiri sebelumnya sudah ada dua orang peneliti yaitu Hoesein Djajadiningrat (Beschouwing van de Sadjarah Banten) dan Poerbatjaraka (Arjuna-Wiwaha). Di era ini, dalam filologi berbagai pendekatan baru yang di gunakan seperti: teori strukturalisme, intertekstual, analisis resepsi, sosial-intelektual, dan lain-lain, ini menandakan bahwa filologi semakin berkembang. Berbagai penelitian di lakukan oleh ilmuan baik berbentuk, buku, skripsi, tesis, desertasi, majalah dan lain-lain. Filologi banyak digunakan ilmu lain sebagai ilmu bantu dalam mengungkapkan hal-hal yang terdapat dalam naskah yang berguna untuk keilmuan lain seperti ilmu sejarah budaya, sastra, dan lain-lain.
Filologi Indonesia, mayoritas naskah yang di kajinya adalah tentang Islam dan ini tentunya dengan mengali semua naskah-naskah yang ada di Indonesia hendaknya lebih terfokos pada peranan dan kehidupan Islam pada masa lalu di Indonesia dalam perkembangan peradaban manusia di Indonesia sebab Indonesia sendiri baru mulai berkembang setelah datangnya budaya membaca dan menulis dari dunia Islam. Dan melalui naskah bisa juga di kaji jaringan umat Islam di Indonesia beserta tentang peranan naskah terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Adapun tantangan akan di temui adalah menganai asal-usal naskah yang di salin oleh penulis yang tidak ada keterangan.
Dan walaupun terdapat beragam suku dengan bahasa yang berbeda-beda namun untuk mendekati bangsa ini langkah pertama yang diperlukan adalah kemampuan bahasa Melayu. Karena kemampuan berbahasa Melayu akan membuka komunikasi dengan pribumi dan bangsa lain yang juga mengunjungi daerah ini. Selanjutnya pengamatan terhadap bahasa melalui pembacaan naskah dilanjutkan oleh para penginjil yang dikirim dalam jumlah besar oleh VOC. Bahasa Nusantara dipelajari untuk kepentingan tugas penginjil.Hasilnya adalah penelitian dan catatan rapi mengenai kebudayaan bahkan hingga suku yang belum mengenal tulisan.Pada tahun 1629 di kepulauan Nusantara terbit terjemahan alkitab yang pertama dalam bahasa Melayu.
Salah satu ciri penelitian naskah Nusantara masa awal adalah penekanannya pada upaya penerjemahan, atau membuat catatan-catatan kecil belaka terhadap teks yang dikajinya.Upaya penerjemahan itu sendiri di dorong oleh semakin dibutuhkannya kemampuan berbahasa Melayu oleh kaum Kolonial atau para misionaris, yang mempunyai kepentingan untuk berkomonikasi langsung dengan bangsa pribumi.Sekitar pertengahan abad 19 perhatian para filolok Eropa mulai untuk menyunting, membahas serta menganalisis isinya, meskipun saat itu masih sebatas naskah Melayu dan Jawa.
Pribumi sendiri baru nanpak minatnya sekitar tahun 1965 ketika terjadi kerjasama antar perguruan tinggi di seluruh negeri dalam melakukan penelitian.Dan memang tak bisa di pungkiri sebelumnya sudah ada dua orang peneliti yaitu Hoesein Djajadiningrat (Beschouwing van de Sadjarah Banten) dan Poerbatjaraka (Arjuna-Wiwaha). Di era ini, dalam filologi berbagai pendekatan baru yang di gunakan seperti: teori strukturalisme, intertekstual, analisis resepsi, sosial-intelektual, dan lain-lain, ini menandakan bahwa filologi semakin berkembang. Berbagai penelitian di lakukan oleh ilmuan baik berbentuk, buku, skripsi, tesis, desertasi, majalah dan lain-lain. Filologi banyak digunakan ilmu lain sebagai ilmu bantu dalam mengungkapkan hal-hal yang terdapat dalam naskah yang berguna untuk keilmuan lain seperti ilmu sejarah budaya, sastra, dan lain-lain.
Filologi Indonesia, mayoritas naskah yang di kajinya adalah tentang Islam dan ini tentunya dengan mengali semua naskah-naskah yang ada di Indonesia hendaknya lebih terfokos pada peranan dan kehidupan Islam pada masa lalu di Indonesia dalam perkembangan peradaban manusia di Indonesia sebab Indonesia sendiri baru mulai berkembang setelah datangnya budaya membaca dan menulis dari dunia Islam. Dan melalui naskah bisa juga di kaji jaringan umat Islam di Indonesia beserta tentang peranan naskah terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Adapun tantangan akan di temui adalah menganai asal-usal naskah yang di salin oleh penulis yang tidak ada keterangan.
4. Sebuah naskah mengandung beragam informasi, mulai dari teks, alas naskah, ilustrasi, watermark-countermark, kolofon, iluminasi-ilustrasi, skriptorium dan lain-lain. Bagaimana ilmu sejarah mengolah data-data informasi ini untuk sebuah kajian ?
Jawaban:
Dalam ilmu sejarah hal yang akan cari atau yang ingin di peroleh dalam naskah adalah keadaan masa lalu, jadi untuk mendapat imformasi tersebut ilmu sejarah akan melakukan yaitu:
a. Teks adalah kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja. Teks ini terbagi pada tiga macam yaitu : (1) teks lisan atau tidak tertulis, (2) teks naskah atau tulisan tangan, dan (3) teks, tapi yang akan di garap oleh sejarawan adalah teks dari tulisan tangan atau naskah. Untuk mendapatkan imformasi tersebut maka teks tersebut akan di lakukanpembacaan beserta penerjemahan atau transliterasi supaya mendapatkan imformasi masa lalu yang terkandung dalam teks tersebut.
b. Alas naskah atau bahan tempat penulisan teks, bagi sejahwan alas naskah sangat penting juga untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan masyarakat masa lalu dalam pengembangan ilmunya dalam mengembangan media untuk penulisan. Alas naskah akan di bagi menurut jenis dan di kelompokkan menurut umur. Kemudian ditentukan umur beserta bahan yang digunakan untuk pembuatan naskah dan apa penyebab penulisan alas tersebut beserta dari mana asal alas tersebut.
c. Ilustrasi adalah hiasan yang mendukung teks. Bagi seorang sejarahwan dalam mengelola ilustrasi adalah dengan memaknai hiasan-hiasan tersebut sebagai tanda bahwa dalam menulis ternyata ada jiwa seni di dalamnya. Dan ini tentunya akan bisa menambah imformasi tentang budaya-budaya pada zaman silam tentang seni. Jadi bagi sejarawan ilustrasi digarab dengan membandingkan antara yang satu dengan yang lain dan memcari makna dari ilustrasi itu sendiri.
d. Melalui watermark dan countermark, seorang sejarahwan menelusuri konteks lahirnya sebuah naskah dapat ditelusuri lebih jauh. Bahkan lebih jauh dari itu hubungan penulis dan penyalin yang berada di negara yang menjadi pemakai kertas serta hubungannya dengan negara produsen kertas tersebut dapat menjadi kajian lebih lanjut. Watermark dan countermark dibuat tentu memiliki alasan dan latarbelakang dari si pembuat atau si pencetus ide. Ini merupakan pengetahuan sejarah yang sangat berharga yang perlu diungkap yang kemudian dapat dihubungkan dengan masa lahirnya sebuah naskah klasik. Atau dengan mencari makna-makna yang terdapat dalam watermark dan countermark seorang sejarah akan menemukan hal-hal yang tidak terdapat dalam teks naskah yang di temukan tersebut.
e. Kolofon merupakan penjelasan atau keterangan yang diberikan oleh pengarang atau penyalin yang biasanya menjelaskan tempat dan waktu awal atau akhir penulisan atau juga keterangan-keterangan yang lainnya. Kolofon biasanya terletak di akhir naskah, namun sering juga dijumpai di awal naskah. Bagi sejawan kolofon akan di kaji lebih dalam tentang hal-hal yang terdapat di sana dengan cari imformasi yang terkait supaya hal-hal tersebut akan menambah imformasi yang sedikit di dalam kolopon yang berupa tempat, tanggal dan penyalin naskah. Dan ini tentunya akan di telusuri lebih jauh siapa sebenarnya penyalin dan seberapa besar peranan penyalin waktu itu dalam masyarakat dan lain-lain.
f. Iluminasi adalah istilah iluminasi ini dapat dipakai dalam pengertian yang luas untuk menunjukkan perlengkapan dekoratif apa saja yang, biasanya, berhubungan degan warna-warna atau pigmen metalik dan didesain untuk mempertinggi nilai penampilan naskah, meliputi, antara lainbingkai teks yang dihias, penanda ayat, penanda juz, dan tanda kepala surat pada al-qur’an. Jadi pada dasarnya, iluminasi adalah hiasan-hiasan yang terdapat pada naskah yang berfungsi utuk memeperindah penampilan naskah. Disamping iluminasi, istilah ilustrasi muncul kemudia untuk merujuk hiasan yang selain berfungsi untuk memperindahnaskah, juga mendukug atau mejelaskan teks. Dalam study naskah-naskah eropa. Kedua istilah tersebut sering di pakai secara bergantia. Akan tetapi, kedua istilah itu selalu digunakan secara bberbeda dalam study naskah-naskah Islam .meskipu demikian, beberapa penelitian membuktikan bahwa iluminasai dan ilustrasi tidak selalu dapat di bedakan kerena perbedaan fungsinya tersebut. Bagi seorang sejahwan utuk mengungkapkan hal yang terdapat dalam hiasan naskah adalah mencari maka-makna yang terdapat dalam hiasan tersebut yang berupa seni-sei peulis.
g. Skriptoriumatau skriptoria (bentuk jamak) adalah tempat di mana naskah-naskah/ manuskrip disalin oleh para juru tulis. Sebelum ditemukan mesin cetak, tempat di mana buku-buku diproduksi juga disebut dengan scriptorium. Pada awalnya 'skriptorium' biasa digunakan untuk menunjuk pada ruangan di dalam biara pada zaman pertengahan Eropa yang ditujukan untuk menyalin manuskrip oleh penulis monastik. Dalam tulisan ini konsep skriptorium mengacu pada pengertian pertama, yakni tempat di mana naskah-naskah/ manuskrip disalin oleh para juru tulis atau penulis.
a. Teks adalah kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja. Teks ini terbagi pada tiga macam yaitu : (1) teks lisan atau tidak tertulis, (2) teks naskah atau tulisan tangan, dan (3) teks, tapi yang akan di garap oleh sejarawan adalah teks dari tulisan tangan atau naskah. Untuk mendapatkan imformasi tersebut maka teks tersebut akan di lakukanpembacaan beserta penerjemahan atau transliterasi supaya mendapatkan imformasi masa lalu yang terkandung dalam teks tersebut.
b. Alas naskah atau bahan tempat penulisan teks, bagi sejahwan alas naskah sangat penting juga untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan masyarakat masa lalu dalam pengembangan ilmunya dalam mengembangan media untuk penulisan. Alas naskah akan di bagi menurut jenis dan di kelompokkan menurut umur. Kemudian ditentukan umur beserta bahan yang digunakan untuk pembuatan naskah dan apa penyebab penulisan alas tersebut beserta dari mana asal alas tersebut.
c. Ilustrasi adalah hiasan yang mendukung teks. Bagi seorang sejarahwan dalam mengelola ilustrasi adalah dengan memaknai hiasan-hiasan tersebut sebagai tanda bahwa dalam menulis ternyata ada jiwa seni di dalamnya. Dan ini tentunya akan bisa menambah imformasi tentang budaya-budaya pada zaman silam tentang seni. Jadi bagi sejarawan ilustrasi digarab dengan membandingkan antara yang satu dengan yang lain dan memcari makna dari ilustrasi itu sendiri.
d. Melalui watermark dan countermark, seorang sejarahwan menelusuri konteks lahirnya sebuah naskah dapat ditelusuri lebih jauh. Bahkan lebih jauh dari itu hubungan penulis dan penyalin yang berada di negara yang menjadi pemakai kertas serta hubungannya dengan negara produsen kertas tersebut dapat menjadi kajian lebih lanjut. Watermark dan countermark dibuat tentu memiliki alasan dan latarbelakang dari si pembuat atau si pencetus ide. Ini merupakan pengetahuan sejarah yang sangat berharga yang perlu diungkap yang kemudian dapat dihubungkan dengan masa lahirnya sebuah naskah klasik. Atau dengan mencari makna-makna yang terdapat dalam watermark dan countermark seorang sejarah akan menemukan hal-hal yang tidak terdapat dalam teks naskah yang di temukan tersebut.
e. Kolofon merupakan penjelasan atau keterangan yang diberikan oleh pengarang atau penyalin yang biasanya menjelaskan tempat dan waktu awal atau akhir penulisan atau juga keterangan-keterangan yang lainnya. Kolofon biasanya terletak di akhir naskah, namun sering juga dijumpai di awal naskah. Bagi sejawan kolofon akan di kaji lebih dalam tentang hal-hal yang terdapat di sana dengan cari imformasi yang terkait supaya hal-hal tersebut akan menambah imformasi yang sedikit di dalam kolopon yang berupa tempat, tanggal dan penyalin naskah. Dan ini tentunya akan di telusuri lebih jauh siapa sebenarnya penyalin dan seberapa besar peranan penyalin waktu itu dalam masyarakat dan lain-lain.
f. Iluminasi adalah istilah iluminasi ini dapat dipakai dalam pengertian yang luas untuk menunjukkan perlengkapan dekoratif apa saja yang, biasanya, berhubungan degan warna-warna atau pigmen metalik dan didesain untuk mempertinggi nilai penampilan naskah, meliputi, antara lainbingkai teks yang dihias, penanda ayat, penanda juz, dan tanda kepala surat pada al-qur’an. Jadi pada dasarnya, iluminasi adalah hiasan-hiasan yang terdapat pada naskah yang berfungsi utuk memeperindah penampilan naskah. Disamping iluminasi, istilah ilustrasi muncul kemudia untuk merujuk hiasan yang selain berfungsi untuk memperindahnaskah, juga mendukug atau mejelaskan teks. Dalam study naskah-naskah eropa. Kedua istilah tersebut sering di pakai secara bergantia. Akan tetapi, kedua istilah itu selalu digunakan secara bberbeda dalam study naskah-naskah Islam .meskipu demikian, beberapa penelitian membuktikan bahwa iluminasai dan ilustrasi tidak selalu dapat di bedakan kerena perbedaan fungsinya tersebut. Bagi seorang sejahwan utuk mengungkapkan hal yang terdapat dalam hiasan naskah adalah mencari maka-makna yang terdapat dalam hiasan tersebut yang berupa seni-sei peulis.
g. Skriptoriumatau skriptoria (bentuk jamak) adalah tempat di mana naskah-naskah/ manuskrip disalin oleh para juru tulis. Sebelum ditemukan mesin cetak, tempat di mana buku-buku diproduksi juga disebut dengan scriptorium. Pada awalnya 'skriptorium' biasa digunakan untuk menunjuk pada ruangan di dalam biara pada zaman pertengahan Eropa yang ditujukan untuk menyalin manuskrip oleh penulis monastik. Dalam tulisan ini konsep skriptorium mengacu pada pengertian pertama, yakni tempat di mana naskah-naskah/ manuskrip disalin oleh para juru tulis atau penulis.
5. Bagaimana penerapan sebuah edisi naskah tunggal dengan metode standar? Jelaskan dengan rinci !
Jawaban:
Edisi standar yaitu membuat kembali naskah dengan melakukan perbaikan terhadap beberapa kesalahan-kesalahan kecil dan ketidak konsistenan, sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Dengan cara diadakan pembagian kata, pembagian kalimat, digunakan huruf besar, pungtuasi, dan diberikan pula komentar mengenai kesalahan-kesalahan teks. Pembetulan yang tepat dilakukan atas dasar pemahaman yang sempurna sebagai hasil perbandingan dengan naskah-naskah sejenis. Semua perubahan yang diadakan dicatat di tempat yang khusus agar selalu dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah sehingga masih memungkinkan penafsiran lain oleh pembaca. Segala usaha perbaikan harus disertai pertanggungjawaban dengan metode rujukkan yang tepat.
Metode standar (biasa) adalah metode yang biasa digunakan dalam penyuntingan teks naskah tunggal.Metode standar itu digunakan apabila isi naskah itu dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa.Tujuan penggunaan metode standar ini adalah untuk memudahkan pembaca atau peneliti membaca dan memahami teks.Ada enam hal yang harus dilakukan dalam metode kritik teks edisi standar. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar, yaitu: Mentransliterasikan teks, membetulkan kesalahan teks (emendation atau conjectura), membuat catatan perbaikan/perubahan, memberi komentar, tafsiran (informasi di luar teks), membagi teks dalam beberapa bagian, dan menyusun daftar kata sukar (glosari).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode naskah tunggal edisi standar yaitu penyuntingan terhadap sebuah naskah dengan diikuti oleh campur tangan peneliti berdasarkan pengetahuan luas, akal sehat, dan sumber lain, berupa pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang terdapat dalam teks dan ketidakkonsistenan penggunaan ejaan dengan ejaan yang standar sehingga diperoleh (edisi) naskah yang bersih dan tidak terlalu banyak kesalahan, mudah dipahami dan dimengerti oleh para pembaca modern, dan setidaknya dapat dianggap sebagai naskah yang dekat dengan naskah aslinya.
Jadi edisi teks dalam naskah tunggal dengan cara metode standar yaitu:
a. Pastikan naskah itu apa benar-benar tunggal dengan melakukan inventarisasi naskah atau pengupulan atau pencarian naskah yang berkemungkinan ada, setelah pasti tidak ada baru lakukan hal selanjutnya.
b. Pastikan naskah tersebut isinya bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa.
c. Langkah selanjutnya yaitu deskripsi ataupun pembuatan katalog naskah supaya mudah di pahami.
d. Setelah melakukan deskripsi naskah, langkah selanjutnya adalah pembacaan teks. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap isi teks. Pembacaan teks dilakukan dari kata demi kata.
e. Untuk lebih paham lagi tentang naskah mak lakukan transliterasikan teks.
f. Setelah teks ditransliterasikan, kemudian dilakukan suntingan terhadap teks tersebut. Suntingan teks adalah teks yang telah mengalami pembetulan-pembetulan dan perubahan-perubahan, sehingga bersih dari segala kekeliruan dan mudah pahami dilakukan perbaikan terhadap kesalahan yang terdapat di dalam teks dengan membuat catatan perbaikan/perubahan, memberi komentar, tafsiran (informasi di luar teks).
g. Langkah selanjutnya penerjemahan, perjemahan adalah penggantian bahasa dari bahasa yang satu ke dalam bahasa lain atau pemindahan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Terjemahan dilakukan sedekat-dekatnya dengan makna masing-masing kata pada bahasa sumber dan konteks kalimatnya. Secara teknis, dalam terjemahan dimungkinkan mengubah susunan atau kalimat. Untuk menyelaraskan kalimat, maka bila diperlukan dapat dilakukan dengan menghilangkan atau menambah awalan atau akhiran pada kata atau kalimat tersebut.
h. Setelah teks diterjemahkan, langkah yang terakhir adalah melakukan pemaknaan teks. Pemaknaan merupakan usaha untuk mengungkap isi teks. Tujuan pemaknaan teks adalah untuk memahami dan mengambil nilai positif dari isi yang terkandung dalam teks.
i. Dan menyusun daftar kata sukar (glosari).
Metode standar (biasa) adalah metode yang biasa digunakan dalam penyuntingan teks naskah tunggal.Metode standar itu digunakan apabila isi naskah itu dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa.Tujuan penggunaan metode standar ini adalah untuk memudahkan pembaca atau peneliti membaca dan memahami teks.Ada enam hal yang harus dilakukan dalam metode kritik teks edisi standar. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam edisi standar, yaitu: Mentransliterasikan teks, membetulkan kesalahan teks (emendation atau conjectura), membuat catatan perbaikan/perubahan, memberi komentar, tafsiran (informasi di luar teks), membagi teks dalam beberapa bagian, dan menyusun daftar kata sukar (glosari).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode naskah tunggal edisi standar yaitu penyuntingan terhadap sebuah naskah dengan diikuti oleh campur tangan peneliti berdasarkan pengetahuan luas, akal sehat, dan sumber lain, berupa pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan kecil yang terdapat dalam teks dan ketidakkonsistenan penggunaan ejaan dengan ejaan yang standar sehingga diperoleh (edisi) naskah yang bersih dan tidak terlalu banyak kesalahan, mudah dipahami dan dimengerti oleh para pembaca modern, dan setidaknya dapat dianggap sebagai naskah yang dekat dengan naskah aslinya.
Jadi edisi teks dalam naskah tunggal dengan cara metode standar yaitu:
a. Pastikan naskah itu apa benar-benar tunggal dengan melakukan inventarisasi naskah atau pengupulan atau pencarian naskah yang berkemungkinan ada, setelah pasti tidak ada baru lakukan hal selanjutnya.
b. Pastikan naskah tersebut isinya bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau sejarah, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa.
c. Langkah selanjutnya yaitu deskripsi ataupun pembuatan katalog naskah supaya mudah di pahami.
d. Setelah melakukan deskripsi naskah, langkah selanjutnya adalah pembacaan teks. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap isi teks. Pembacaan teks dilakukan dari kata demi kata.
e. Untuk lebih paham lagi tentang naskah mak lakukan transliterasikan teks.
f. Setelah teks ditransliterasikan, kemudian dilakukan suntingan terhadap teks tersebut. Suntingan teks adalah teks yang telah mengalami pembetulan-pembetulan dan perubahan-perubahan, sehingga bersih dari segala kekeliruan dan mudah pahami dilakukan perbaikan terhadap kesalahan yang terdapat di dalam teks dengan membuat catatan perbaikan/perubahan, memberi komentar, tafsiran (informasi di luar teks).
g. Langkah selanjutnya penerjemahan, perjemahan adalah penggantian bahasa dari bahasa yang satu ke dalam bahasa lain atau pemindahan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Terjemahan dilakukan sedekat-dekatnya dengan makna masing-masing kata pada bahasa sumber dan konteks kalimatnya. Secara teknis, dalam terjemahan dimungkinkan mengubah susunan atau kalimat. Untuk menyelaraskan kalimat, maka bila diperlukan dapat dilakukan dengan menghilangkan atau menambah awalan atau akhiran pada kata atau kalimat tersebut.
h. Setelah teks diterjemahkan, langkah yang terakhir adalah melakukan pemaknaan teks. Pemaknaan merupakan usaha untuk mengungkap isi teks. Tujuan pemaknaan teks adalah untuk memahami dan mengambil nilai positif dari isi yang terkandung dalam teks.
i. Dan menyusun daftar kata sukar (glosari).